Manajemen Laba
Manajemen Laba
Membahas terkait
persoalan manajemen bukanlah sebuah hal tabu di telinga masyarakat. Di zaman
modern saat ini banyak sekali masyarakat yang telah memasuki dunia bisnis
rumahan, industri, hingga perusahaan start-up maupun perusahaan besar. Menurut
pemikiran secara luas manajemen lebih dikenal sebagai sebuah usaha untuk
mencapai sebuah proses dengan tingkat keberhasilan melalui sebuah perencanaan
yang telah tersusun. Tujuan sebuah perusahaan atau bisnis memiliki manajemen
untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Setelah sedikit
membahasa persoalan manajemen, kita lanjutkan pada sebuah pembahasan menjurus
terkait manajemen laba. Dari kedua bahasa tersebut, saya yakin sekali orang
awam sekalipun pasti sudah dapat memahami hal tersebut, benar bukan?. Mari kita
uraikan dari manajemen, manajemen merupakan suatu usaha untuk mencapai proses
dan hasil yang maksimal, kemudian laba atau biasa kita kenal dengan sebuah
keuntungan yang diperoleh. Jadi kalau disatukan maka pengertian manajemen laba
secara bahasa adalah proses yang dikerjakan untuk meraih sebuah keuntungan
besar di dalam bisnis atau perusahaan.
Tindakan yang
dilakukan oleh manajer untuk menambah atau mengurangi laba yang akan dicatat
dalam laporan keuangan dikenal dengan istilah manajemen laba. Tujuannya adalah
untuk memanipulasi atau mencampuri informasi laporan keuangan untuk menipu pemegang
peran kepentingan atau mereka yang berkepentingan dengan kinerja bisnis. Ketika
digunakan bersama dengan laporan pendapatan, manajemen pendapatan ini
memungkinkan bisnis menyisihkan uang selama masa sulit dan menggunakan daya
beli mereka selama masa kejayaan bisnis atau perusahaan untuk berinvestasi pada
barang baru, infrastruktur, teknologi, sumber daya manusia, atau faktor lain
yang diperlukan untuk ekspansi bisnis.
Tidak hanya sebuah
bisnis atau perusahaan, industri juga tentu memerlukan sebuah perencanaan dalam
manajemen laba dengan baik dan optimal. Saat ini dunia industri telah memasuki
revolusi industri 5.0 yang mencakup gagasan tentang "Society 5.0",
yang akan memanfaatkan teknologi otomasi secara maksimal untuk memenuhi
kebutuhan rata-rata orang. Menggunakan Artificial Intelligence (AI), Internet
of Things (IoT), data science, dan pengolahan big data.
Satu-satunya perbedaan adalah mitra bisnis akan mengimplementasikan teknologi
robotik ini pada revolusi industri terakhir dengan menekankan keberlanjutan
industri, ketahanan industri, dan konsumen manusia (berpusat pada pelanggan).
Dalam mewujudkan hal-hal tersebut tentu tidak lepas dari peranan manajemen laba
yang baik untuk mensukseskan setiap proses dalam sebuah industri.
Topik penting
dalam pembukuan dan manajemen keuangan adalah manajemen laba. Secara alami,
karena ukuran laba perusahaan berfungsi sebagai landasan bagi semua pihak untuk
membuat keputusan ekonomi, pihak yang menggunakan informasi, seperti investor,
kreditur, dan masyarakat umum, membagi akuntansi menjadi dua kategori:
akuntansi internal, dan akuntansi internal eksternal. tergantung tujuan
penggunaan. Manajer perusahaan bertanggung jawab untuk menyusun dan
menyebarluaskan data keuangan.
Strategi manajemen
ini bertujuan untuk menyesatkan konsumen tentang laporan keuangan tentang
keberhasilan perusahaan baik untuk penggunaan pribadi maupun bisnis. Kebijakan
akuntansi dan penilaian yang baik akan memungkinkan manajer memprediksi teknik
akuntansi yang dapat diterima. Ada beberapa metode bagi manajer untuk
menggunakan keahliannya dalam memprediksi peristiwa ekonomi masa depan,
memperkirakan umur ekonomis dan nilai kerugian aset, penggunaan sumber daya,
tanggung jawab pensiun, pajak tertunda, dan kerugian piutang aset. Bagi
manajer, motivasi dan peluang adalah insentif untuk mengendalikan laba.
Proses yang
dilakukan dari manajemen laba itu sendiripun mulai dengan lebih banyak biaya
yang dikapitalisasi daripada yang dibebankan segera sebagai akibat dari
perubahan strategi bisnis. Keuntungan dapat ditingkatkan sementara dengan
memperlakukan biaya sebagai aset dan menunda pengakuan pengeluaran. Misalkan
saja, sebuah industri manufaktur membuat kebijakan mengenai pengeluaran
pembelanjaan sebesar Rp.10.000.000 yang langsung dituliskan menjadi sebuah
beban. Di lain waktu, pengadaan dengan nilai lebih dari Rp.10.000.000 telah
dilakukan kapitalisasi lebih dahulu. Dari proses tersebut tentu akan secara
ototmoatis menurunkan tingkat biaya operasional dengan jangka pendek sehingga
dapat meningkatkan keuntungan bagi industi manufaktur tersebut.
Menurut Teori Akuntansi Positif yang diciptakan oleh Watts dan Zimmerman (1986), manajer termotivasi untuk mengelola laba guna memenuhi sasaran kinerja dan bonus, mengurangi kemungkinan gagal bayar, dan mengurangi biaya politik yang mengganggu pemerintah dan parlemen. Faktor-faktor ini termasuk rencana bonus, perjanjian utang, dan biaya politik. Meskipun secara teknis sah untuk mengontrol pendapatan dan dimungkinkan dengan memanfaatkan celah SAK, namun hal tersebut tidak etis untuk dilakukan. Walaupun terlihat sebagai sebuah bentuk kecurangan, tetapi setiap aktivitas rekayasa yang dilakukan oleh manajerial laba tidak akan dapat dibuktikan sebagai sebuah tindak kecurangan sebab alasan yang dimiliki pihak manajer itu sendiripun sangat kuat. Alasan yang digunakan manajer perusahaan adalah dengan melakukan sebuah intervensi sesuai dengan metode ataupun prosedur dalam aktivitas akuntansi yang secara luas telah diakui oleh masyarakat. Oleh karena itu, peran manajemen laba tidak dapat dianggap remeh sebagai sebuah posisi yang tidak perlu digunakan dalam mengolah industri atau bisnis.
Nama : Lasya Tata Perdana Siregar
Program Studi : Akuntansi
Universitas Pakuan Bogor
Comments
Post a Comment